Madu palsu atau tiruan adalah larutan
yang menyerupai madu. Dibuat tanpa pertolongan lebah atau menggunakan
gula sebagai nektar. Umumnya mempunyai warna sama dengan madu asli.
Karena itu bagi orang awam sulit untuk membedakan antara madu asli dan
madu tiruan. Pada perusahaan-perusahaan yang telah mendapat izin
produksi akan mencantumkan keterangan produknya sehingga dapat
diketahui apakah itu madu asli atau sintetis. Madu sintetis yang
beredar di antaranya adalah madu melon, labu semangka, dan kurma.
Sejak lama madu palsu telah banyak
diproduksi orang. Dengan cara mencampur glukosa dengan gula pasir,
buah, flavour serta zat warna. Di laboratorium madu palsu akan mudah
dikenali dengan analisis kimia. Kandungan HMF (5 hydroxyl-methyl
furfural) dengan jumlah maksimum 3mg/100gram, aktivitas enzim diastase
minimal 5 serta rasio kandungan kalium (K) dan natrium (Na) dalam madu
asli sekitar 4,0 sedangkan madu palsu 0,005-0,1
Pengujian kadar keaslian madu memang
tidak gampang, di samping biayanya juga mahal. Dibutuhkan alat-alat
canggih untuk mendeteksi ada tidaknya campuran dengan gula lainnya di
dalam madu. Sementara, khasiat madu yang sudah jelas manfaat bagi
kesehatan, membuat para pedagang nakal melakukan campuran dengan gula
tebu atau gula aren. Bagi orang kebanyakan, rasa manis yang dikeluarkan
oleh madu asli dan campuran sulit dibedakan. Dengan melihat dan
merasakannya, ahli madu akan dapat membedakan antara madu asli dan yang
palsu. Salah satu pengujian yang paling praktis adalah dengan
menggunakan pH meter. Madu palsu biasanya memiliki pH 2,4-3,3 atau di
atas 5, sedangkan madu asli mempunyai pH 3,4-4,5. Untuk mengetahui
lebih lanjut dapat dilakukan uji kandungan madu di laboratorium. Salah
satu laboratorium tempat pengujian madu terdapat di Bogor.
Madu di Indonesia sendiri terbagi
menjadi dua, yaitu madu hasil lebah ternak dan madu hutan. Yang
dimaksud madu ternak adalah madu tersebut diambil dari nektar bunga
pohon-pohon tertentu seperti rambutan, kelengkeng, durian dan
sebagainya. Ketika pohon-pohon tersebut sedang berbunga, maka
digiringlah lebah-lebah yang sudah berada dalam kotak-kotak menuju
perkebunan pohon tersebut. Ciri khas dari madu ternak adalah aroma
madunya sesuai dengan nektar bunga dari pohon yang dihinggapi.
Sedangkan madu hutan, lebih variatif
nektar bunganya karena dihisap dari berbagai pohon. Madu hutan ini
dikenal lebih baik karena lebih banyak mengandung nutrisi yang terdiri
dari mineral dan vitamin. Jenis tawon madu hutan pun lebih baik
daripada tawon madu ternak. Madu terbaik jenis ini tidak akan beku
walaupun diletakkan di freezer selama berbulan-bulan karena kadar
airnya di bawah 20%.
Kendati demikian, baik madu hutan maupun
madu ternak mempunyai kelemahan. Ketika dipanen pada musim hujan madu
akan banyak mengandung air hujan, sedangkan sifat air hujan sendiri
bersifat asam. Selain menyebabkan lebih cair, madu juga teroksidasi
udara menjadi lebih asam dan akan terfermentasi. Akibatnya, timbul gas
yang bisa menjebol tutup botolnya. Semut pun tidak mau menghampiri
karena rasanya yang masam-masam manis. Bila madu jenis ini dimasukkan
ke dalam freezer akan mudah beku, meski termasuk asli.
Sebenarnya, ada beberapa cara untuk
mengetahui keaslian madu secara ilmiah. Misalnya dengan analisis
karbon, analisis mikroskopis, analysis hydroxymethylfurfural, analisis
polaritas cahaya dan terakhir tes keasaman. Dari lima cara tersebut,
empat yang pertama harus menggunakan alat bantu yang cukup mahal
harganya dan keahlian tertentu. Jadi, tidak semua orang bisa
melakukannya. Sedangkan tes keasaman, merupakan tes yang terbilang
relatif mudah dan tidak mahal. Tapi, masih tetap memerlukan pengetahuan
tentang madu yang mendalam. Jika tidak, tetap akan sulit membedakan
mana madu asli, madu campuran, dan madu buatan (artificial honey).
Di masyarakat berkembang kebiasaan uji
keaslian madu yang ditunjukkan menyala ketika dibakar dengan korek api,
telur bisa matang, tidak rembes ketika diteteskan pada kertas koran,
dan sebagainya. Pengujian tersebut sebenarnya tidak seratus persen
benar, masih butuh pembuktian melalui laboratorium.
Sebenarnya masih ada cara lain yang bisa
menjadi tolok ukur dan dilakukan oleh semua orang, yakni dengan
meneteskan madu di air di atas piring beling putih. Ketika piring
digoyang ke kiri dan ke kanan, maka sebelum madu itu bercampur akan
membentuk segi enam atau sarang lebah. Semakin lama bentuk segi enam
itu bertahan, berarti semakin baik nutrisi yang terkandung dalam madu
tersebut alias madu asli. Semakin cepat bentuk segi enam itu memudar,
maka jelaslah itu madu campuran, karena nutrisinya sudah jauh
berkurang.
Cara lain yang mungkin mudah dilakukan
adalah sama seperti di atas, namun piringnya tidak digoyang-goyang.
Cukup didiamkan saja. Madu asli yang memiliki kadar air rendah tidak
akan membuat air di piring menjadi keruh. Sedangkan madu yang telah
dicampur atau madu buatan perlahan-lahan akan membuat air menjadi
keruh. Apakah semut bisa menjadi patokan untuk menentukan madu itu asli
atau tidak? Pada dasarnya, sifat semut suka pada yang manis-manis,
termasuk rasa manis yang ada pada madu. Namun, semakin kental madunya
(kadar airnya sedikit) semakin sulit bagi semut untuk mendeteksi lokasi
rasa manis madu tersebut karena molekul yang ada di dalam madu tetap
utuh, tidak pecah. Sebaliknya, bila kadar airnya tinggi (di atas 20%),
maka semut mudah menghampiri.(http://herbaya.com)
0 comments:
Posting Komentar